Pages

Kamis, 16 Agustus 2018

Bakti-ku untuk Mandiri Gorontalo

Guyub di dalam, militan di luar. Semboyan tersebut rasanya sangat pas dengan apa yang terjadi pada tim futsal Bank Mandiri Gorontalo. Berkat latihan rutin yang sudah dijalankan selama lebih dari 5 tahun setiap hari Sabtu pukul 16.00-18.00 WITA di bawah koordinasi Mandiri Club Gorontalo, tim futsal Bank Mandiri Gorontalo bisa memberikan pretasi yang cukup membanggakan di luar kantor, yaitu Juara 1 Turnamen Futsal antar-Instansi se-Provinsi Gorontalo yang diadakan oleh Pegadaian Gorontalo pada tanggal 14-15 Juli 2018 di Lapangan My Futsal Gorontalo, dengan tajuk Pegadaian Milenial Cup 2018 yang diikuti oleh 16 instansi di Provinsi Gorontalo.

Tim Futsal Bank Mandiri Gorontalo pada ajang ini diwakili oleh mandirian dari seluruh unit dan cabang yang ada di Provinsi Gorontalo. Ibu Sri Memi H. Bau (Branch Operational Manager Cabang Gorontalo) dan Bapak Bagus Putra Firdaus (Branch Manager KCP Isimu) bertindak sebagai manager tim yang mengatur teknis di luar lapangan. Deno Yudha Rahmadian (Officer SME Collection and Recovery) diberikan amanah sebagai kapten tim yang memimpin rekan-rekan di dalam lapangan. Pandu Setia Putra (Credit Control Officer) yang juga merupakan ketua Mandiri Club Gorontalo, Rinto Akase (Driver), Rendi S. Ilahude (Security Cabang Gorontalo), Noval T. Abdjul (Security Cabang Bonepantai), Ferlis Radjak (Pramubakti Cabang Bonepantai), Lius Adjria (Field Collector), Frengky King (Field Collector), Zainuddin Abas (Mikro Kredit Sales Cabang Limboto), dan Agus Siswanto (Mikro Kredit Sales Cabang Telaga), semuanya bahu-membahu untuk mengharumkan nama Bank Mandiri melalui hobi yang dimiliki.

Membawa nama produk "e-cash" sebagai nama tim, berikut perjalanan Tim Futsal Mandiri e-cash pada ajang tersebut. Pertandingan pertama di hari pertama (Sabtu, 14 Juli 2018) yang dihadapi oleh Mandiri e-cash adalah tim dari Universitas Ichsan Gorontalo. Tanpa adanya kesulitan yang berarti, Mandiri e-cash berhasil memenangi pertandingan dengan skor 4-2 melalui gol yang dicetak oleh Deno Yudha Rahmadian, Ferlis Radjak (2 gol), dan Zainuddin Abas. Pertandingan kedua melawan tim Yamaha merupakan pertandingan yang cukup berat bagi Mandiri e-cash. Pada pertandingan ini, Mandiri e-cash harus mengakui keunggulan Tim Yamaha dengan skor 3-1 dimana satu-satunya gol Mandiri e-cash dicetak oleh Deno Yudha Rahmadian. Pertandingan terkahir pada fase grup mempertemukan tim dari sesama Bank Mandiri, yaitu tim Mandiri e-cash melawan tim Mandiri Fiestapoin. Pertandingan ini berkesudahan dengan skor 3-0 untuk keunggulan Mandiri e-cash dengan gol yang dicetak masing-masing oleh Deno Yudha Rahmadian, Rendi S. Ilahude, dan Rinto Akase. Dengan hasil ini, Mandiri e-cash berhasil lolos ke babak perempat final yang dilaksanakan pada hari berikutnya.

Minggu, 15 Juli 2018 pertandingan perempat final mempertemukan Mandiri e-cash dengan juara bertahan, yaitu Adira Finance. Tampil tanpa beban, diluar dugaan Mandiri e-cash berhasil menundukkan Adira Finance dengan skor 5-2 melalui gol yang dicetak oleh Deno Yudha Rahmadian (3 gol) dan Ferlis Radjak (2 gol). Hasil ini membawa Mandiri e-cash melaju ke babak semifinal bertemu dengan Mandala Finance. Bertanding tanpa diperkuat oleh Ferlis Radjak yang mengalami cidera, Mandiri e-cash tetap tampil tangguh dan berhasil memenangi pertandingan semifinal dengan skor 6-3 melalui gol yang dicetak oleh Zainuddin Abas (3 gol), Deno Yudha Rahmadian (1 gol) dan Lius Adjria (2 gol). Hasil ini membawa Mandiri e-cash tampil di pertandingan final yang akan bertemu dengan Hiswana Migas. Hanya berjarak satu langkah lagi untuk Mandiri e-cash dapat menjadi juara pada ajang ini. Diawali dengan ceremonial pada laga final, seluruh pemain Mandiri e-cash memasuki lapangan dengan saling bergandengan tangan. Sebuah tanda bahwa tim saling percaya satu sama lain. Melalui pertandingan yang sangat menegangkan dan menguras energi, akhirnya Mandiri e-cash dapat memenangi pertandingan dengan skor 3-2 melalui gol yang dicetak masing-masing oleh Deno Yudha Rahmadian, Lius Adjria, dan Ferlis Radjak, sekaligus menjadikan Bank Mandiri sebagai JUARA 1 pada ajang ini.

Rasanya bukan hanya sebuah kebetulan dan keberuntungan semata jika Tim Futsal Mandiri Gorontalo bisa berprestasi dan mengharumkan nama Bank Mandiri. Melalui wadah Mandiri Club, seluruh mandirian bisa menyalurkan hobinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan berujung pada prestasi yang dapat dikenang. Time flies memories remain. Bakti-ku untuk Mandiri Gorontalo. (/dyr)

Suatu waktu aku bermimpi
Menjadi terdepan dalam prestasi
Di lain hari aku sadari
Tiada mungkin tanpa sinergi

Ingin rasanya terus berlari
Tanpa sedikit pun peduli
Siapa saja yang aku tinggali
Tapi dalam hati aku sadari
Tanpa uluran tangan hanyalah mimpi
Tiada berarti

Rumah ini mengajarkan banak hal
Bahwa tangan terulur lebih berarti dari yang terkepal
Rumah ini selalu mengingatkan
Bahwa beriringan lebih indah dari sendirian

Rabu, 04 Juli 2018

PELARIAN

Hey blog, apa kabar? Kasian yah kamu aku buka kalau lagi kesepian aja. Semacam tempat pelarian gitu. Kalau lagi asyik pasti lupa, kalau lagi kesepian pasti langsung cari kamu buat tempat curhat. Omong-omong, ini curhatan pertama aku ke kamu yah di 2018 ini? Terus kemarin-kemarin aku kemana yah? Ga kesepian gitu sampai ga cari kamu? Awal tahun 2018 terlalu bergejolak. Banyak keinginan yang tersalurkan, tapi ga sedikit juga yang masih sekedar harapan. Sampai akhirnya ga kerasa sekarang sudah masuk di semester II tahun 2018.

Oiya sampai lupa ngasih tau. Kalau aku sekarang masih di Gorontalo, lho. Iya tetep di Gorontalo sejak 2014 lalu. Sejak Piala Dunia di Brazil masih nonton di rumah, sekarang Piala Dunia di Russia ngerasain atmosfer nonton di Gorontalo. Seru juga sih dapat pengalaman baru, tapi tetep aja merindukan atmosfer nonton di rumah, walaupun kemarin sempat ngerasain nonton beberapa pertandingan di Bogor.

Gorontalo lagi aneh nih. Pas lagi berat-beratnya untuk kembali ke Gorontalo dari Bogor, saat ini juga Gorontalo lagi ngasih sedikit kenyamanan lewat cuacanya. Mungkin buat menghibur aku yang kerasa berat untuk kembali ke Gorontalo setelah libur panjang lebaran lalu. Iya, sekarang Gorontalo lagi sendu, tiap hari hujan dan cuacanya adem banget. Segitunya Gorontalo berusaha untuk menyerupai Bogor, biar betah kali yah and jadi sedikit lupa sama Bogor.

Gak usah bahas kerjaan dulu yah. Gak ada yang menarik buat diceritain.

Duh sorry blog, ceritanya jadi nanggung nih ga selesai. Harus balik soalnya udah ga enak suasananya. Udah mulai rame. Maklum, sekarang kan Malam Kamis, Malam Minggu nya orang Gorontalo. Next time cerita lagi ya. See u
.

Senin, 16 Oktober 2017

2014

Pulang kantor tadi seperti biasa dengerin radio sepanjang perjalanan menuju pencarian tempat makan. Kondisi Gorontalo sedari sore tadi anugerah banget, hujan yang bikin adem ditambah plus-plusnya yang bikin kangen rumah di Bogor. Lagi mikir mau makan dimana, tetiba radio muterin lagunya Lorde yang judulnya Royal. Seketika pikiran secara otomatis langsung membuka memori di Maribaya Lembang tahun 2014 silam. Yes, bulan Februari 2014 lalu gw bareng temen-temen Futsal FEM (fakultas kuliah gw) ikut turnamen futsal yang diselenggarain sama FEB Unpad. Waktu itu gw bareng temen-temen Futsal FEM ikut turnamen itu selama 1 minggu full. Kita nginep di Maribaya Lembang, di villa punya salah satu anggota tim kita di Futsal FEM. Pada saat di Maribaya ini lah gw pertama kalinya dengerin lagu Royal-nya Lorde. Jadi itu alasan, kenapa setiap dengerin lagu Royal dimanapun kapanpun sampai saat ini, yang terbayang adalah memori kita nginep di Maribaya. Duh, jadi kangen suasana nginep bareng junior-junior. Sejujurnya, gw waktu ikut turnamen ini tujuannya bukan murni mau juara atau nyari prestasi hehehe. Gw ikut ini cuma mau refreshing aja setelah berjibaku dengan yang namanya skripsi. Oleh karena itu, di tim ini gw yang jadi paling senior, karena satu-satunya temen seangkatan gw, si Fato (yang sekarang entah gimana caranya bisa kuliah di Korea, heran gw), udah menyandang status sarjana alias udah lulus. Alhasil dia ga bisa ikut jadi pemain dan memilih buat jadi pelatih kita saat itu.

Tapi yang pengen gw ceritain di tulisan kali ini bukan lagunya Lorde atau turnamen futsal di Maribaya, itu cuma prolognya aja hehehe (panjang banget). Yang pengen gw ceritain adalah ternyata setelah gw sadari tahun 2014 bener-bener berwarna dan bergejolak banget buat gw. Mari kita rewind tahun 2014 mulai dari bulan Januari.

Awal tahun 2014 dibuka dengan senyuman buat gw. Yes, senyum lebar yang bener-bener bikin napas gw bisa plong banget. Gw bisa nyelesein skripsi gw setelah ditinggal sendirian sama temen-temen sebimbingan skripsi. Desember 2013 gw bisa nyelenggarain seminar skripsi. Januari 2014 gw dapet jadwal ujian skripsi. Perjuangan banget waktu itu ujian skripsinya. Waktu itu, Januari 2014 Jabodetabek lagi diguyur ujan yang ga berenti-berenti siang sampe malem. Bukan, ini ga lebay, tapi beneran. Lu bisa check di google gimana banjirnya Jakarta waktu itu. Ujannya dari pagi sampe pagi lagi ga berenti-berenti. Waktu hari H ujian skripsi, sebelum subuh gw udah bangun buat menentramkan hati dan pikiran dengan sholat tahajud. Sampe waktu subuh datang, ujan belum juga berenti, malahan masih besar aja. Gw harap-harap cemas memikirkan bagaimana caranya gw berangkat ke kampus. Maklum, waktu itu belum ada GoCar dan sejenisnya yang bisa kita pesen lewat jempol and telunjuk kita. Waktu sudah menunjukkan jam 6 pagi dan jadwal ujian gw adalah jam 8 pagi, ujan ga kunjung berenti atau minimal mengecil volumenya. Dengan bismillah and kekuatan doa nyokap, akhirnya gw berangkat ke kampus dianter oleh ayah gw dengan bermodalkan motor dan jas hujan. Setelah beberapa kali meneduh ketika hujannya sangat lebat, akhirnya gw berhasil tiba di kampus dengan selamat dan kering. Singkat cerita, gw berhasil melewati ujian skripsi itu (walaupun dengan berat hati pada akhirnya dosen pembimbing kesayangan gw ini ga ngasih nilai A buat skripsi gw, sedih bener). Tapi itu ga kalah sedih dengan momen ketika gw keluar dari ruangan ujian skripsi. Normalnya, ketika seseorang keluar dari ruangan ujian skripsi, dia akan disambut oleh teman-temannya yang sedari awal sudah menunggu di depan pintu ruangan dan langsung mengucapkan selamat. Itu normalnya. Namun, yang terjadi dengan gw adalah di atas normal. Yang menyambut gw ketika keluar dari ruangan ujian adalah hembusan angin dingin dan suara hujan yang bersautan. Ga ada orang sama sekali. Jelas, temen-temen gw ketika itu udah pada kerja termasuk cewe gw (eh maaf mantan gw hihihi). Alhasil, hujanlah juga yang membuat gw tersenyum sendiri menghela napas panjang tanda rasa syukur bisa melewati ujian skripsi.

5 Februari 2014 gw dinyatakan lulus dari kampus IPB bermodalkan surat keterangan lulus. Jadwal wisuda gw masih 2 bulan lagi, yaitu April 2014. Gw ga mau langsung masuk ke dunia job seeker. Udah gw niatin klo gw pengen refreshing dulu sebelum berkutat dengan persaingan mencari kerja. Kebetulan, tim Futsal FEM ada agenda ikut turnamen di Bandung, seperti yang gw ceritain di prolog. Alhasil, setelah melalui perdebatan dengan cewe gw (eh iya mantan gw), gw berhasil diberi izin buat ikut ke Bandung. Doi waktu itu pengennya gw langsung nyiapin buat nyari kerja. Satu minggu full gw abiskan waktu di Maribaya Lembang. Bener-bener momen yang nikmat banget. Bisa bangun tanpa pikiran tentang skripsi. Yang cuma gw pikirin adalah main futsal dan nikmatin dinginnya Maribaya Lembang.

Maret 2014 adalah waktu gw memulai dunia job seeker. Pulang pergi naik kereta atau busway APTB ikut wawancara dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Cerita tentang job seeker ini udah gw tulis sendiri di blog. Alhamdulillah Tuhan Maha Adil. Setelah gw dikasih waktu lama buat nyelesein skripsi, Allah ga ngasih waktu lama buat gw dapet kerja. Gw keterima kerja di Bank Mandiri dan mulai untuk pelatihan di bulan Mei 2014.

Sebelum masuk ke dunia baru, yaitu dunia kerja. Di bulan April 2014 adalah waktunya wisuda untuk gw. Eh sorry salah. Menurut gw, wisuda itu bukan untuk kita. Wisuda adalah hadiah kecil untuk orangtua kita. Karena gw yakin banget, perasaan orangtua kita ketika hadir di acara wisuda anaknya, jauh lebih berarti dan jauh lebih bermakna dari pada perasaan bahagia kita sendiri. Oleh karena itu, acara wisuda itu gw dedikasikan khusus untuk orang tua gw yang berhasil ngebuat anaknya jadi seorang sarjana. Perasaan atau momen yang ga pernah gw lupain waktu acara wisuda adalah ketika paduan suara berprestasi kebanggan IPB, Agriaswara (bisa dicek pretasinya di google), membawakan lagu Chrisye yang berjudul Selamat Jalan Kekasih. Syahdu dan membuat haru seluruh jiwa raga gw. Air mata ga bisa tertolong lagi buat ga keluar dari mata gw. Sontak, pikiran gw langsung tertuju kepada orangtua gw. Membayangkan persaaan mereka yang bangga bisa menyekolahkan anaknya dari kecil hingga menjadi sarjana, dengan segala kekurangan yang mereka miliki. Duh, hampir aja air mata keluar lagi ketika gw ngetik tulisan ini. Acara wisuda ini makin terasa spesial karena ketika gw keluar dari gedung wisuda, hal yang gw alamin ketika selesai ujian skripsi tidak terjadi lagi. Di luar, beberapa teman seangkatan dan didominasi oleh adik kelas sudah menunggu menyambut pahlawan Futsal FEM di OMI 2013 dengan seikat bunga dan senyuman hahahaha.

12 Mei 2014 adalah titik awal gw memulai dunia kerja. Gw memulai bekerja di Bank Mandiri diawali dengan pelatihan sebagai Officer Development Program. Selama kurang lebih 3 bulan gw menjalani pelatihan inclass di LPPI Kemang. Sejujurnya, atmosfer dunia kerja belum terasa pada saat itu. Suasananya masih sama seperti suasana kuliah karena setiap hari kita hanya belajar di dalam kelas. Melewati bulan puasa dan piala dunia 2014 di LPPI Kemang, akhirnya masa pelatihan dan senang-senang berakhir di bulan Agustus 2014. Selanjutnya, kita akan merasakan suasana kerja sungguhan melalui tahap On the Job Training di tempat-tempat yang berbeda. Waktu itu gw mendapatkan kesempatan untuk OJT di daerah Mangga Dua Dusit. Masa-masa OJT ini memang masa-masa keluar dari zona nyaman. Dari yang tadinya hanya duduk di kelas memperhatikan pengajar memberikan materi, menjadi harus bangun lebih awal untuk bisa sampai di tempat kerja tepat waktu. Waktu itu gw harus menempuh perjalanan dengan menggunakan motor selama 45 menit untuk tiba di Mangga Dua Dusit dan butuh waktu 2x lipat alias satu jam setengah untuk balik dari kantor ke kosan. Cukup 2 minggu saja buat gw OJT di Mangga Dua Dusit, tapi itu menjadi 2 minggu yang lama dan paling melelahkan selama hidup gw. Badan bener-bener rontok tiap hari pulang pergi melawan macet dan polusinya Jakarta menggunakan motor. 2 minggu selanjutnya gw OJT di kantor pusat, yaitu di Wisma Mandiri Thamrin. Ternyata, 2 minggu sebelumnya tidak berarti apa-apa ketika 2 minggu gw OJT di Thamrin. Badan gw bener-bener lelah. Tiap hari bangun jam 4 pagi, naik kereta berdiri desak-desakan (tapi ini yang akhirnya sekarang gw rindukan), pulang malam sampai rumah jam 11.

Tepat di hari gajian, yaitu 25 September 2014, petualangan baru gw dimulai. Hari itu gw berangkat dari rumah diantar oleh kedua orangtua gw dan ah sudahlah menuju Bandara Soekarno Hatta dan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Pulau Celebes, tepatnya di Kota Makassar, setelah beberapa hari sebelumnya gw masih sempat merayakan anniversary ke-3 dengan mantan gw (kali ini ga salah) di Bogor. Satu bulan kemudian, tepatnya tanggal 22 Oktober 2014, gw menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Gorontalo, tempat yang dipilih Tuhan untuk memisahkan gw dengan orang yang menurut Dia kurang tepat buat gw. November-Desember 2014 gw habiskan di Gorontalo dengan tidak sedikitpun tidak memikirkan Bogor dan segala kenangannya.

2014 benar-benar tahun yang dinamis buat sejarah hidup gw. Awal tahun masih berkutat dengan dunia kampus dan akhir tahun harus menerima kenyataan tinggal di tanah Serambi Madinah, hingga sekarang.

Apapun itu, semuanya telah berhasil gw lewatin. Termasuk melewati 3 tahun hidup di Gorontalo. Untuk sekarang, tidak ada cita-cita yang lebih tinggi daripada pulang kantor membawa sebungkus makanan untuk orangtua di rumah. Hal yang belum pernah gw lakuin sedari gw mulai rutin menerima uang setiap tanggal 25.
 
 
Gorontalo, 16 Oktober 2017.
Coffee Toffee

Selasa, 19 September 2017

Ambisius

Tetiba keinget ilmu yang didapet waktu pertama kali masuk SMA Negeri 1 Bogor (smansa). Terutama lewat Masa Orientasi Sekolah (MOS) dan BLDK OSIS. Ketika itu kakak kelas sering kali memberikan inside kepada kita, peserta MOS dan BLDK OSIS, kalau kita tidak boleh ambisius. Saya waktu itu tidak terlalu banyak paham akan pengertian tersebut, yang jelas kakak kelas memberikan wejangan kepada kita tidak boleh ambisius, dimana hal tersebut tertuang di dalam ajaran agama Islam melalui beberapa hadist. Karena itu sumbernya dari hadits, otomatis saya telan mateng-mateng ilmu yang diberikan kakak kelas tersebut karena sudah pasti benar.



Sejak saat itu hingga sekarang, kata "ambisius" menjadi konotasi negatif bagi diri saya. Setiap ada orang berkata, "Saya memiliki ambisi untuk blablabla". Secara otomatis saya menilai orang itu ambisius dan tidak baik menurut saya. Hanya karena ada kalimat "ambisi".

Saat ini di dunia kerja, saya kembali teringat kata-kata yang sering dilontarkan oleh kakak kelas ketika itu. Sekali lagi, smansa memberikan banyak pelajaran yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Senin, 11 September 2017

KEKUATAN PIKIRAN

Dulu waktu duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) salah satu mata pelajaran favorit adalah olahraga/penjaskes. Mata pelajaran ini kadang dilakuin di lapangan sekolah atau pergi ke gelanggang olahraga kalau materinya atletik. Terkadang juga kita pergi ke kolam renang kalau sudah waktunya pelajaran berenang.

Mungkin, salah satu materi mata pelajaran olahraga yang menjadi momok hampir semua siswa adalah materi atletik, lebih spesifik lagi materi lari. Ya, tidak jarang guru olahraga memerintahkan kita untuk berlari mengelilingi lapangan sepakbola di jogging track yang sudah disediakan. Pada waktu itu, olahraga lari belum sepopuler sekarang, belum menjadi life style di kebanyakan orang. Jadi, wajar kalau kebanyakan dari kita berusaha kabur atau pura-pura sakit kalau materi olahraganya lari. Lebih simple nya lagi dilakukan para kaum hawa, tinggal bilang sedang datang bulan maka bisa terbebas dari materi lari.

Gw tergolong yang ga suka juga sama materi lari ini. Karena menurut gw ga ada unsur fun nya. Terlalu monoton karena hanya lari mengelilingi lapangan beberapa putaran. Just it.

Seperti halnya mata pelajaran lain, mata pelajaran olahraga juga ada ujiannya. Di setiap materi ada ujian untuk pengambilan nilai. Termasuk materi lari ini. Waktu itu, materi ujian lari adalah kita disuruh lari mengelilingi lapangan sebanyak 6 putaran. Sang guru punya list nilai dimana nilai setiap siswa ditentukan dengan seberapa cepat kita bisa menyelesaikan 6 putaran itu. Agar kita bisa lulus, setidaknya kita harus bisa menyelesaikan 6 putaran itu. Ujian pun di mulai. Kita dipanggil satu-satu sesuai urutan di absen. Guru memanggil 6 siswa sekaligus untuk setiap gelombang. Baiknya, kita lari tidak sendirian, buruknya kita bisa semakin tertekan kalau kita ada diurutan terakhir. Perang pikirian mulai berjalan.

Singkat cerita, gw selalu bisa melewati ujian lari ini dengan baik, bisa menyelesaikan 6 putaran sampai selesai, bahkan tidak jarang tergolong menjadi yang tercepat. Yang menjadi senjata rahasia gw setiap ujian lari adalah KEKUATAN PIKIRAN. Ini yang bakal gw bahas.

Setiap ujian lari, gw selalu bermain dengan pikiran gw. Sebelum lari gw udah nancepin dengan tajem dipikiran gw kalau jumlah putaran yang harus diberesin adalah 6. Ga lebih ga kurang. 6 putaran itu jadi goal gw. Jadi, ketika gw sedang lari, gw ajak diri gw ngobrol, ayo deno 5 putaran lagi (ketika gw berhasil melewati 1 putaran). Ayo deno 4 putaran lagi (ketika gw berhasil melewati 2 putaran). Ayo deno 3 putaran lagi (ketika gw berhasil melewati 3 putaran. Dan seterusnya. Itu yang menjadi senjata gw buat bisa menyelesaikan goal gw, yaitu 6 putaran. Gw selalu bilang ke diri gw sendiri, "ayo sedikit lagi, tinggal segini lagi". Di saat badan gw udah letih, kaki udah kerasa berat buat melangkah, gw pacu pikiran gw dengan kalimat, "ayo sedikit lagi, tinggal segini putaran lagi". Kalimat itu yang menemani sepanjang gw lari sampai akhirnya bisa menyelesaikan ujiannya.

Kenapa gw bisa bilang begitu? Karena gw udah tau goalnya. Gw udah tau jumlah putaran yang harus gw beresin adalah 6. Apa jadinya kalau gw ga tau jumlah putaran yg harus gw beresin? Gw punya cerita soal ini.

Waktu kuliah, gw ikut tim futsal kampus. Waktu itu kita lagi mempersiapkan buat ikut kejuaraan nasional di jogja. Kita 1 tim melalukan training centre di daerah pantai pangandaran. Singkat cerita, salah satu materi yang pelatih kasih buat kita adalah lari. Waktu itu sore-sore kita disuruh lari dipinggir pantai dengan jarak yang sangat jauh. Walaupun jauh, kita tau dan bisa liat dimana ujung finishnya. Dengan susah payah karena lari di atas pasir yang membuat kaki menjadi lebih berat melangkah, kita semua berhasil sampai finish dan balik lagi ke tempat awal. Tentu saja, sepanjang gw lari, gw ajak diri gw ngobrol, "Ayo deno dikit lagi. Finish nya dikit lagi".

Lusanya, kita disuruh lari lagi mengelilingi sekitaran pantai. Bedanya kali ini, pelatih ngga ngasih tau ke kita berapa putaran yang harus kita jalanin. Atau berapa menit kita harus berlari. Kita hanya diperintahkan lari mengelilingi pantai sampai si pelatih meniup peluit tanda kita sudah selesai. Apa yang terjadi pada gw pada sesi latihan ini? PINGSAN. Iya pingsan. Ini adalah pingsan pertama seumur hidup gw. Kenapa bisa? Karena gw ga bisa ajak diri gw ngobrol. Gw ga bisa ajak badan gw ngobrol. Gw ga bisa bujuk kaki gw buat terus melangkah. Karena gw ga tau ini bakal beres sampai kapan.

Di saat badan gw udah lemes, gw coba bujuk dia dengan, "ayo dikit lagi, MUNGKIN 3 putaran lagi beres". Eh ternyata belum. Di saat kaki gw udah gemeter, gw coba bujuk dengan, "ayo dikit lagi, MUNGKIN 2 putaran lagi selesai". Masih belum selesai juga. Sampai akhirnya badan dan kaki gw udah ga bisa percaya dengan omongan di pikiran gw. Pikiran gw ga bisa ngasih ngepastian apa goalnya. Dimana tujuannya. Sampai kapan atau sampai berapa putaran lari ini bakal beres. Itu yang ngebuat gw ga bisa nyelesain sampai finis, karena di awal gw ga tau apa tujuannya.

Banyak pelajaran yang gw ambil dari 2 kejadian itu.

Sekarang, sedikit banyak gw lagi ngalamin kejadian yang kedua. Gw ga tau sampai kapan kerja di Gorontalo. Kerja yang jauh dari kota tercinta. Kota tempat gw lahir, tumbuh, dan berkembang. Jelas berbeda kalau dibandingkan dengan temen-temen gw. Ada yang kuliah di luar negeri jauh dari Bogor, tapi dia tau sampai kapan dia di luar negeri.

Eh lu sampe kapan gawe di kalimantan? Gw 2018 beres terus balik lagi ke Bogor. Eh lu sampe kapan di Korea? Insya Allah 2 taun kelar lah. Eh lu sampe kapan dinas di luwuk? Insya Allah 1,5 taun. Eh lu sampe kapan kuliah di Inggris? Insya Allah taun ini kelar.

Lu sendiri deno, sampe kapan di Gorontalo? Lalu hening, karena gw ga pernah tau apa jawaban pastinya. Sedih.