''sekarang pertanyaannya, lu ikhlas ga? Ikhlas man, ikhlas''
Kutipan di atas dilontarkan oleh sahabat saya. Kata-kata tersebut langsung terlontarkan ketika ia selesai mendengarkan keluh kesah yang sedang saya alami.
Sesaat saya langsung terdiam dan berpikir. Ada pembelajaran lain yang harus saya terima : IKHLAS.
Memang terasa berat menerima kenyataan bahwa saya tidak diikutsertakan dalam tim untuk turnamen nasional di Jogja. Latihan dan kerja keras keras selama 1,5 bulan dirasa belum cukup sebagai prasyarat. Pengorbanan menghabiskan liburan dengan berlarian di Gymanasium terasa sia-sia. Disaat teman-teman lain menghabiskan masa liburannya dengan sesuatu yang berbeda, saya masih saja berkutat dengan si kulit bundar.
Hal tersebut saya lakukan karena ada harapan besar di dalamnya. SAYA INGIN BERANGKAT KE JOGJA. Suatu hal yang istimewa berangkat ke Jogja sebagai duta dari kota sendiri untuk mengharumkan almamater tercinta, IPB. Menjadi pengalaman baru dan sangat berharga berlaga di luar provinsi dengan skala nasional.
Latihan 1.5 bulan kali ini bermakna ganda bagi saya. Tidak hanya melatih hal teknis dan skill namun juga mental.
Mental saya diuji ketika harus menerima kenyataan pahit tidak masuk dalam tim untuk berangkat ke Jogja dan harus merelakan (hanya) mengikuti turnamen lokal. Miris memang. Tapi itulah hidup dan itulan permainan.
Kini Joga tinggal kenangan dan harapan itu sudah terbang bersama angin berubah menjadi doa.
I still believe that in the end everything will be ok, if not ok its not the end.
Kabar Baik Hari Ini
4 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar